Sementara itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kabupaten Maros, Andi Zulkifli Riswan Akbar mengatakan hingga bulan Agustus ada 3.765 balita stunting.
Diakuinya ada berbagai pwnyebab terjadinya stunting. Di mana salah satunya disebabkan oleh banyaknya ibu hamil yang jarang melakukan pemeriksaan.
"Kurangnya asupan gizi seperti protein, mineral saat mengandung, dan masih banyak ibu hamil yang suaminya merokok," sebut Mantan Camat Turikale ini.
Dia mengatakan ada berbagi upaya yang dilakukan pihaknya untuk menekan angka stunting.
Seperti melakukan assesment terhadap kasus stunting sehingga dapat diketahui faktor penyebab utamanya.
Kemudian melakukan pemantauan pemeriksaan kesehatan untuk balita/baduta dan ibu hamil di posyandu.
"Pemenuhan kebutuhan gizi kepada balita,baduta dan ibu hamil. Meningkatkan metode sosialisasi pencegahan kepada keluarga terutama bagaimana pola asuh untuk tumbuh kembangnya anak," jelasnya.
Tak hanya itu pihaknya juga memasifkan program BAAS dalam penanganan kasus stunting serta bekerja sama dengan pihak-pihak swasta melalui CSR.
"Kami pastikan terpenuhi kebutuhan vitamin kepada remaja dan ibu hamil dan edukasi soal pernikahan dini," katanya.
Pemerintah daerah juga sempat menjalankan program orang tua asuh anak stunting. Namun saat ini sedang dilakukan evaluasi.
"Sekarang sudah ada anak yang keluar dari usia baduta dan kami masih memeriksa hasil perkembangan program BAAS," pungkasnya.
Saat ini ada 49 orang yang menjadi orang tua asuh anak stunting di Maros.