Memposisikan Ulama Secara Pantas Pada Kontestasi Politik

  • Bagikan
Ahmad Musa Said

Namun kami siap kalau memang statemen tersebut betul ada, maka itulah sikap Abah yang harus kami hormati, dan akan kami hargai apapun konsekwensinya. Sudah biasa kami menyaksikan ayah kami dicaci karena sikapnya yang keras terhadap aliran sesat yang menyimpang. Dan kami siap membela dan menghadapi konsekwensinya. Namun dalam hal dukungan politik ini, kami perlu pastikan apa memang itu sikapnya atau pelintiran.

Adik saya menyampaikan bahwa sepertinya ini kerja-kerja tim media pasangan calon. Saya konfirmasi ke salah seorang Kyai yang juga wakil ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Makassar terkait kebenaran pernyataannya dalam berita tersebut, beliau menyatakan bahwa “Ada yang cocok dan ada tambahan wartawan, sebagian tambahan wartawan, sama dengan pernyataan abahta (Abah anda) itu ditambah oleh wartawan karena saya ada di sampingnya, tidak begitu (yang sebenarnya)”.

Aparatur Sipil Negara kami mesti netral, makanya meskipun secara emosional saya lebih memiliki kedekatan dengan pasangan Andi Sudirman Sulaiman dan Fatmawati Rusdi, namun kami tidak pernah menggunakan nama ayah kami, apalagi organisasinya untuk mengklaim dukungannya ke pasangan Andalan Hati ini.

Kenapa? Karena kami tahu bahwa Ketika kami mengklaim dukungan beliau ke salah satu pasangan cagub, artinya kami membuka jalan bagi ayah kami untuk jadi pembahasan publik baik pro maupun kontra, memuji maupun mencaci, mendebat apalagi menghujat.

Terus terang sebagai anak, kami tidak ingin jika ada yang mencaci, mendebat maupun menghujat orang tua kami. Dan itulah cara kami membentengi diri dari ketersinggungan yang tidak perlu dalam politik. Ketersinggungan yang akan muncul jika ada yang menghujat karena tidak sefaham dengan sikap beliau, menyayangkan atau malah kecewa dengan sikapnya.

  • Bagikan

Exit mobile version