Memposisikan Ulama Secara Pantas Pada Kontestasi Politik

  • Bagikan
Ahmad Musa Said

Sebenarnya urusan saya dengan postingan di grup WA tersebut sudah selesai seiring dengan minta maafnya kawan saya yang juga jubir dia (Asri Tadda) dan dihapusnya tautan tersebut. Namun sampai hari ini tak berhenti kami harus membalas mengirim klarifikasi karena ternyata semua tautan yang berisi klaim dukungan tersebut tidak dihapus, dan tautan tersebut telah terkirim ke berbagai grup.

Sumber munculnya berita fitnah tersebut sendiri tidak dicabut dan dapat terus menjadi penyebab fitnah baru setiap ada yang membacanya.

Oleh karena itu melalui tulisan ini kami menghimbau kepada seluruh portal media yang telah memuat berita keliru tersebut agar segera mencabut berita tersebut dari peredaran. Kami juga memohon jika betul tim media pasangan dia yang membuat itu agar berkenan menarik dari peredaran bahkan kalau perlu membuat permohonan maaf telah membuat berita keliru dan dapat menyesatkan pemahaman publik.

Ini juga sekaligus menjadi pesan bagi tim sukses maupun pemenangan calon gubernur maupun bupati lain, jangan karena merasa sudah bertemu dengan seorang ulama lalu membuat pernyataan telah mendapatkan dukungannya. Kecuali jika memang ulama tersebut yang menyatakan akan turut mendukung.

Silaturrahmi itu untuk mempererat persaudaraan, bukan untuk mendapatkan dukungan politik. Karena ulama itu tidak akan mungkin menolak ketika ada yang ingin bertemu, adabnya adalah memuliakan tamu (HR. Muslim : 5560). Jadi bukan serta merta sebagai bentuk dukungan politik. Ulama itu pewaris nabi (HR. Ibnu Majah : 219), sedapat mungkin kita posisikan sepantasnya dalam kontestasi politik ini.

  • Bagikan

Exit mobile version