Tahun 2000-an, Husnaini bilang air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Makassar pernah masuk. Namun alirannya tidak lancar. Lebih sering tidak mengalir.
“Tapi kita cabut meterannya. Daripada kita bayar saja bebannya, tapi airnya tidak mengalir. Itu kan mengharuskan bayar beban tapi air tidak mengalir,” keluhnya
Ida, Warga Buloa, berharap PDAM bisa mengaliri rumah-rumah di Tallo. Ia tidak ingin lagi hidup dengan kesusahan air bersih.
“Saya tidak mau lagi disumbang air gerobak. Saya mau air keran dalam rumah. Supaya bisa merasakan orang kayak di luar sana,” imbuhnya.
Sementara itu, Direktur Teknik, Asdar Ali mengatakan persoalan air bersih di Tallo karena persoalan teknis. Air baku untuk pengolahan kurang.
“PDAM itu hanya operator, mengolah air baku jadi air bersih. Permasalahannya saat ini air bakunya kurang. Kalau air bakunya kurang kami mau apa,” jelasnya.
Ia menyebut wilayah Tallo disuplai dari Instalasi Penjernihan Air (IPA) Panaikang. Sumbernya berasal dari Bendungan Lekopancing, Maros.
Bendungan itu, kata dia digunakan tidak hanya untuk warga Makassar. Juga untuk warga Maros dan perairan pertanian.
Di musim kemarau seperti saat ini, Asdar mengatakan debit airnya menipis. Sehingga berdampak pada air baku yang bisa diolah di IPA Panaikang. “Tallo itu dari Panaikang, air bakunya dari Lekopancing,” terangnya. (Arya/Fajar)