FAJAR.CO.ID, MAKASSAR — Warga Kecamatan Tallo, Kota Makassar mengeluhkan ketersediaan air bersih. Wilayah di utara berjuluk Kota Dunia itu sudah lebih 20 tahun krisis air bersih.
Krisis air bersih melanda setidaknya tiga kelurahan di Kecamatan Tallo: Kelurahan Kaluku Bodoa, Buloa, dan Tallo. Kesulitan mengakses air bersih bahkan dirasakan meski musim hujan.
“Jangankan kemarau, tidak kemarau saja susah,” kata Nirwana, Warga Kelurahan Kalukubodoa, saat Diseminasi dan Peluncuran Laporan Riset Makassar Kota Dunia yang Krisis Air. Digelar Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Sulawesi Selatan (Walhi Sulsel), Kamis (3/10/2024) di Kantor Camat Tallo.
Nirwana lahir dan tumbuh di Kaluku Bodoa. Sejak kecil, hingga kini berumur 49 tahun, ia mengaku sulit mengakses air bersih.
Nirwana dan warga Kaluku Bodoa kini bergantung pada air sumur bor dari bantuan warga sekitar yang mampu. Namun air itu terbatas, antreannya juga panjang.
“Saya lahir Kalukubodoa, sampai sekarang rambut sudah berwarna tapi bukan pirang, uban, masih pakai gerobak. Sampai sekarang… April tahun depan 50 (tahun). Masih begituka (dorong gerobak cari air), kalau bukan saya anakku. Sessajeki,” keluhnya.
Di sisi lain, ia mengaku para politisi dan pejabat hanya menghampiri di tahun-tahun politik. Memberi janji untuk meraup suara. “Kalau masa pemilihan dicariki. Mulai RT sampai presiden. Betul. Pokokna,” bebernya.
Di Kelurahan Tallo, Husnaini juga merasakan itu. Kini warga bergantung pada sumur bor dan air hujan.
“Sampai jam 12 malam itu kita antre air di sana. Mana lagi kalau pagi kita antar anak ke sekolah. Kita betul merasakan loyo, kita kan ibu rumah tangga,” ucapnya.