FAJAR.CO.ID, LUWU TIMUR --- Manajemen PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale), salah satu pengelola nikel berkelanjutan yang berbasis di Sulawesi, bersama pemerintah desa, Kesatuan Pengelola Hutan Larona dan tokoh masyarakat yang terdiri dari tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh perempuan dan tokoh yang dituakan di Desa Loeha dan Desa Rante Angin yang akan terdampak kegiatan eksplorasi, melakukan dialog terbuka di Aula Kantor Desa Loeha.
Kebebasan berpendapat jadi hak setiap masyarakat di negara demokrasi. Dalam sebuah komunitas, dialog terbuka dan transparan penting untuk dilakukan, agar kesejahteraan masyarakat senantiasa dirasakan. Prinsip ini dipraktikkan oleh PT Vale.
Dalam setiap proyeknya, PT Vale membuka ruang agar masyarakat turut terlibat dalam mengawal kegiatan-kegiatan penambangan yang akan dilakukan. Tak terkecuali di Loeha Raya, Perseroan mengadakan dialog bersama tokoh masyarakat untuk membahas rencana eksplorasi proyek Tanamalia.
Perseroan menilai keberadaan masyarakat di sekitar wilayah operasional perusahaan sangat penting untuk diperhatikan.
Menghadirkan masyarakat yang berdaya dan lingkungan yang terjaga menjadi komitmen sebelum penambangan dijalankan.
Head of External Relations PT Vale Endra Kusuma mengungkapkan, kehadiran perseroan di tengah-tengah masyarakat ingin mendengar masukan, saran, serta keresahan yang ada terhadap aktivitas eksplorasi yang akan dijalankan.
“Perusahaan diberi izin oleh negara untuk melakukan eksplorasi di Tanamalia.
Namun, kami tidak mau eksplorasi dijalankan tanpa berdialog dengan masyarakat. Kami percaya perusahaan dan masyarakat bisa hidup berdampingan. Maka dari itu, kami datang untuk bersilaturahmi dan berdiskusi dengan para tokoh masyarakat,” jelas Endra.