Keluarga menduga Sahrullah mengalami penganiayaan sebelum dinyatakan meninggal oleh pihak rumah sakit.
Aswan, kerabat korban, menyampaikan bahwa Sahrullah awalnya dirawat di RSKD Dadi Makassar pada pukul 12.00 WITA di hari yang sama.
Namun, kata Aswan belum sampai 24 jam pihak keluarga mendapatkan kabar jika Sahrullah meninggal dunia di RSKD Dadi Makassar pada Pukul 21.00 Wita.
"Dapat informasi kematian Sahrullah pukul 22.00 Wita. Tapi korban meninggal pukul 21.00 Wita," ujar Aswan, Senin (21/10/2024).
Melihat sejumlah luka pada tubuh korban, Aswan merasa ada yang janggal. Hal ini diperkuat dari hasil autopsi RS Bhayangkara menyebut korban penuh luka.
"Sejumlah luka yang terlihat ditubuh Sahrullah seperti di atas alis sebelah kiri dan di bawah pelipis mata. Terus di bagian leher itu seperti ada jeratan tali, seperti dianiaya. Terus di bagian belakang kepala (ada luka)," ungkapnya.
Berangkat dari kejanggalan tersebut, Aswan mengatakan bahwa pihak keluarga beberapa kali meminta klarifikasi dari pihak RS.
Pihak RS terus mengatakan bahwa korban awalnya mengamuk dan dianiaya oleh sesama ODGJ.
"Di awal pembicaraannya itu katanya dia (Sahrullah) mengamuk dan mau memukul teman sejiwanya (pasien ODGJ lainnya)," Aswan menuturkan.
Bukan hanya itu, kata Aswan, ia juga mempertanyakan luka jeratan di leher Sahrullah.
Bagaimana tidak, berdasarkan keterangan RSKD Dadi Makassar, Sahrullah disebut hanya diikat di bagian tangan dan kaki.
"Dia bilang kalau korban ini mengamuk, tidak mau tenang di ruangan, makanya diikat. Tapi dia bilang yang diikat tangan kanan dan kirinya. Terus saya pertanyakan kenapa bisa ada bekas (luka) tali di lehernya. Sehingga itu menjadi tanda tanya bagi kami," terangnya.