FAJAR.CO.ID, AUSTRALIA - Australia dan Indonesia komitmen bersatu demi mengelola Slag nikel milik Huadi Group menjadi bahan precast dan semen geopolimer. Komitmen ini Memorandum of Understanding (MoU) di teken langsung antara Huadi Group melalui PT Huadi Bantaeng Industry Part (HBIP) dengan Climate Tech Cement Pty Ltd (CTC).
CEO CIC Ply Ltd, Aaron Banks mengaku, kemitraan ini memberikan peluang menarik bagi pihaknya untuk melakukan perubahan. Untuk memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan, komunitas, dan juga perekonomian.
"Saya sangat senang dunia usaha Australia dan Indonesia bersatu, tidak hanya untuk membantu menyelesaikan permasalahan rumit ini, namun juga memberikan solusi yang bermanfaat bagi kita semua," ungkap Aaron Banks dalam penyampaiannya, di Murdoch University di Australia, Jumat 13 Desember 2024.
Sementara itu, Direktur PT HBIP, Lily D. Candinegara mengaku, slag nikel yang banyak di Bantaeng berpotensi menjadi bahan dasar semen geopolimer. Semen dengan penggunaan karbon rendah dan memiliki kekuatan dapat mencapai 40 MPA.
"Alasan inilah yang membuat semen geopolimer disebut semen rendah karbon. Di Australia sudah berangsur angsur mengganti penggunaan semen portland dengan semen polimer," kata Lily kepada awak media usai teken MoU tersebut, Jumat 13 Desember 2024.
Lily menyampaikan sudah saatnya kita meniru negara-negara maju memiliki manajemen industri yang patut dicontoh. Mengubah waste menjadi wealth, adalah juga bagian dari hilirisasi industri.
"Saya harap kerja sama ini dapat segera bisa dijalankan, agar limbah yang selama ini issuenya kurang baik dapat bermanfaat untuk kepentingan masyaraka," tambahnya.