“Negara perlu mendengar suara gereja yang mewarisi ajaran moral untuk memberikan arah dan batasan bagi kebijakan negara agar tidak tergelincir ke jurang kesewenang-wenangan,” kata Thomas.
Dengan demikian, ia berharap seminar ini dapat menjadi ruang dialog yang konstruktif, memungkinkan gereja dan negara bekerja bersama dalam mengatasi krisis sosial, kemanusiaan, dan lingkungan.
Thomas juga menggarisbawahi tantangan besar yang dihadapi dunia saat ini, seperti kemiskinan, konflik bersenjata, diskriminasi, perdagangan manusia, pencemaran lingkungan, dan hilangnya keanekaragaman hayati.
“Krisis ini berdampak tidak hanya pada lingkungan tetapi juga pada kesejahteraan sosial dan manusia,” tegasnya.
Dalam kesempatan ini ia menyampaikan, sebagai bagian dari perayaan Natal Nasional 2024, berbagai kegiatan telah digelar, termasuk bakti sosial di berbagai daerah di Indonesia. Aksi ini menjadi wujud nyata komitmen umat Kristiani untuk berjalan bersama pemerintah dalam mengatasi krisis kemanusiaan dan lingkungan.
“Berbagai kegiatan telah dilaksanakan oleh panitia, seperti bakti sosial di berbagai daerah,” ujar Thomas.
Dalam pandangan Menteri Hak Asasi Manusia (HAM) Natalius Pigai, hubungan antara manusia, agama, dan alam memiliki makna mendalam. Ia menjelaskan bahwa semua agama di Indonesia memiliki prinsip yang sama dalam memahami keberadaan Tuhan sebagai Sang Pencipta.
“Semua agama di Indonesia sama, karena dia memahami dari pencipta,” ujarnya.
Pigai mengingatkan bahwa alam tidak hanya menjadi sumber kehidupan fisik, tetapi juga sumber kesucian dan spiritualitas. Namun, ia menyampaikan keprihatinannya atas kondisi alam saat ini yang sering kali dianggap sebagai ancaman bagi kehidupan manusia, seperti gempa bumi dan tsunami.