Mengenal Primbon Bugis Atau Lontara: Sistem Penanggalan dan Penentuan Hari Baik ataupun Buruk

  • Bagikan

Mattanra Wettu ini berisi baris-baris dan kolom-kolom yang memuat waktu dalam satu pekan. Baris pertama diri hari-hari mulai dari Jumat (juma), Sabtu (sattu), Ahad (aha), Senin (asseneng), Selasa (salasa), Rabu (araba), dan Kamis (kammisi).

Lalu, di bagian kolom terisi golongan pembagian waktu dalam satu hari menurut Primbon Bugis. Pembagian waktu tersebut antara lain: Ele (pukul 06.00-09.00), Abueng (pukul 09.00-11.00), Tengngaesso (pukul 11.00-12.00), Loro dimulai pukul (12.00-15.00), dan Assara (pukul 15.00-18.00).

Di setiap titik pertemuan baris hari dan kolom pembagian waktu, nantinya akan ada sebuah simbol yang berulang berdasarkan pola tertentu/ Dari pola-pola simbol itulah nantinya bisa dilihat waktu terbaik dalam satu hari.

Lewat metode dengan Mattenere Wettu di atas, sebagian masyarakat Bugis mempercayai bahwa esso Senneng (Senin), Aha (Minggu), Araba (Rabu), dan Juma (Jumat) sebagai waktu atau hari terbaik. Sementara, hari buruk adalah Salasa (Selasa).

Selasa dikatakan sebagai hari buruk karena kata Salasa memiliki kemiripan huruf dengan kata sala-sala, sisala, atau lari sala yang dalam bahasa Bugis diartikan sebagai keburukan.

  1. Pembagian Jenis Waktu Lontara Bugis

Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa menurut Mattenere Wettu, terdapat pembagian waktu dalam satu hari. Dalam pembagian waktu tersebut, terdapat pola yang menjadi tanda apakah waktu tersebut jadi yang terbaik atau malah sebaliknya.

Maka dari itu, tak akan lengkap jika tak mengenali pola-pola pembagian waktu dalam Matternere Wettu. Berikut beberapa pembagian waktu dalam Matternere Wettu.

  • Bagikan