FAJAR.CO.ID - Oleh masyarakat luas di Indonesia, Primbon dikenal sebagai sebuah ramalan. Secara umum, ramalan Primbon mungkin sudah sangat identik dengan tradisi masyarakat Jawa tradisional.
Meski begitu, nyatanya tak hanya suku Jawa saja yang punya ramalan sejenis Primbon. Ada banyak suku di Tanah Air yang punya tradisi serupa. Primbon Bugis sebagai salah satu contohnya.
Sesuai dengan namanya, Primbon Bugis merupakan bagian dari adat, budaya, dan kepercayaan masyarakat suku Bugis. Lebih spesifik, masyarakat Bugis menyebut Primbon mereka dengan istilah Lontara karena umumnya tertulis di atas daun lontar. Meski belum sepopuler Primbon Jawa, Primbon Bugis atau Lontara jadi satu tradisi yang tak kalah menarik untuk dipelajari.
Penasaran seperti apa isi Primbon Bugis atau Lontara? Untuk mengenal lebih jauh Lontara Bugis, berikut ini ulasannya.
- Mengenal Primbon Bugis atau Lontara
Sama seperti Primbon Jawa, Primbon Bugis atau Lontar ternyata juga mempunyai sistem kalender atau penanggalannya sendiri. Sangat berbeda dengan penanggalan masehi, sistem kalender Primbon Bugis memakai sistem hitungan tahun di mana dalam satu tahun yang terdiri atas 12 bulan dihitung menurut waktu panen. Atau dengan kata lain dihitung setiap enam bulan sekali.
Selain itu, jika dalam satu bulan masehi terdiri atas 27 hingga 31 hari, pada penanggalan Pimbon Bugis satu bulan bisa terdiri atas 30 sampai 32 hari. Untuk lebih jelasnya, berikut sekilas tentang bulan-bulan dalam sistem penanggalan menurut Primbon Bugis:
- Bulan Sorowan terdiri atas 30 hari
- Bulan Padrowae terdiri atas 30 hari
- Bulan Sajewi terdiri atas 30 hari
- Bulan Pachekae terdiri atas 31 hari
- Bulan Posae terdiri atas 31 hari
- Bulan Mangseran terdiri atas 32 hari
- Bulan Mangasutewe terdiri atas 30 hari
- Bulan Mangalompae terdiri atas 31 hari
- Bulan Nayae terdiri atas 30/31 hari
- Bulan Palagunae terdiri atas 30 hari
- Bulan Besakai terdiri atas 30 hari
- Bulan Jetai terdiri atas 30 hari
Dari daftar tersebut jika semua ditotal, maka akan ada 365/366 hari dalam satu tahun. Selain itu, sebagai informasi tambahan, beberapa nama bulan di atas merupakan hasil serapan atau adaptasi nama bulan dalam budaya agama Hindu.