“Peralatan ini merupakan komponen krusial dalam sistem pemantauan dini gempa dan tsunami. Jika perangkat ini hilang, maka sistem peringatan dini akan terganggu, yang bisa berakibat fatal jika terjadi bencana,” ujar Daryono.
BMKG pun terpaksa menarik seluruh peralatan komunikasi yang tersisa guna mencegah kerugian lebih lanjut. Imbasnya, satu titik pemantauan bencana di Sidrap kini tak lagi berfungsi optimal. Hal ini semakin menggarisbawahi pentingnya peningkatan pengamanan terhadap peralatan serupa di berbagai daerah.
Kasus ini menambah daftar panjang pencurian peralatan vital BMKG di Indonesia. Sejak 2015, aksi serupa telah terjadi di berbagai wilayah, mulai dari Garut hingga Papua Barat.
BMKG kini menyerukan peran aktif pemerintah daerah dan aparat keamanan untuk bersama-sama menjaga alat pemantauan bencana yang telah dipasang di titik-titik strategis.
Sementara itu, Polres Sidrap menegaskan komitmennya untuk menutup celah bagi aksi kejahatan serupa di masa mendatang.
“Kami akan meningkatkan patroli di area rawan dan menjalin koordinasi erat dengan BMKG untuk memperkuat pengamanan,” ujar AKBP Dr. Fantry.
Dengan sinergi yang kuat antara kepolisian dan BMKG, diharapkan ke depan tidak ada lagi pihak yang berani mengganggu sistem mitigasi bencana, yang menjadi benteng utama dalam perlindungan masyarakat Indonesia. (edy/fajar)