Perang Dagang 2.0: AS dan China Saling Jegal

  • Bagikan
Amerika Serikat-China

FAJAR.CO.ID, JAKARTA-- Pemerintah Amerika Serikat telah resmi memberlakukan tarif impor sebesar 104% terhadap barang-barang asal China mulai hari ini, Rabu 8 April 2025.

Meski pemerintahan Presiden Donald Trump secara paralel memulai langkah negosiasi dengan sejumlah mitra dagang utama lainnya, sementara kebijakan ini tetap dijalankan sesuai keinginan.

Hal ini tentu menandakan bahwa, vabak baru dalam perang dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia, yang telah mengguncang pasar keuangan global dan memicu kekhawatiran akan potensi resesi internasional.

"Saat ini, kami mendapat instruksi untuk memprioritaskan aliansi kami dan mitra dagang seperti Jepang dan Korea Selatan," ujar Penasihat Ekonomi Gedung Putih Kevin Hassett kepada Fox News.

Dalam situasi perang dagang yang tengah berlangsung, Trump tetap terbuka untuk melakukan pembicaraan dengan berbagai negara, namun China tidak termasuk dalam prioritas negosiasi.

Pemerintah AS tetap menerapkan tarif super tinggi terhadap produk China sebagai respons atas aksi balasan Beijing pekan lalu yang dianggap sebagai "tantangan langsung".

Sementara, China, melalui Kementerian Perdagangannya, merespons keras dengan menyebut tarif tersebut sebagai bentuk "pemerasan" dan menegaskan tidak akan tunduk pada tekanan Amerika.

"Jika AS tetap keras kepala, maka China akan melawan sampai akhir," tegas juru bicara kementerian China dalam pernyataan resmi.

Ia juga menjelaskan bahwa akan melakukan langkah balasan yang tegas demi melindungi beberapa hal yang dianggap penting untuk negaranya.

  • Bagikan

Exit mobile version