Gedung tiga lantai tersebut memiliki 23 kamar perawatan dengan total 98 bed. Selain itu, tersedia satu ICU, satu IGD, satu radiologi dan satu laboratorium yang dilengkapi dengan enam ventilator. Sementara untuk tenaga medis, telah hadir dokter spesialis penyakit dalam, spesialis paru-paru, spesialis anasthesi, spesialis jantung dan pembuluh darah, spesialis patologi klinik, spesialis radiologi, spesialis gizi, dan dokter umum. Mereka selalu siap menjadi tenaga yang dibutuhkan kapan saja.
Kehadiran IC RSUD Sayang Rakyat ini juga benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Salah satu pasien covid 19 yang pernah dirawat, Silahuddin Genda, menuturkan bahwa selain fasilitas yang lengkap, perawat yang bertugas juga sangat ramah.
"Sisi pelayanan relawan dan tenaga kesehatan memang orang terlatih, tidak seenaknya. Mereka ramah datang setiap saat kita panggil mereka datang ke kamar untuk membantu keluhannya apa," ungkapnya.
Selama 33 hari menjalani perawatan, membuat dirinya berhasil membuang jauh-jauh pikiran bahwa isolasi menakutkan layaknya seperti penjara yang hidup berdempetan.
"Fasilitas kamarnya juga luas, tidak berhimpitan dan ada kamar mandi di dalam. Setiap kamar teras yang bisa digunakan pasien melihat pemandangan atau berjemur," beber wartawan senior itu.
Pembangunan yang menelan anggaran Rp 11 miliar itu diharapkan menjadi langkah untuk mematahkan stigma dalam masyarakat bahwa menjadi pasien covid-19 adalah hal yang menyeramkan dan memalukan, terutama terkait perawatan.
Hal itu juga sudah ditegaskan Gubernur Sulsel Prof Nurdin Abdullah saat meresmikan IC tersebut. Menurutnya, IC RSUD Sayang Rakyat sangat representatif. "Masyarakat Sulawesi Selatan nggak usah khawatir, kita mendapatkan satu ruang isolasi yang sangat representatif dan ini juga kita lihat dilengkapi dengan Wifi, dilengkapi dengan TV, jadi nggak ada lagi alasan untuk tidak melakukan isolasi bagi masyarakat yang bermasalah, terutama yang ODP, OTG dan PDP,” kata Nurdin baru-baru ini.