Ia mencontohkan, salah satu hadis yang dipahami berbeda, sehingga menimbulkan perdebatan tentang layak tidaknya perempuan dalam memimpin.
"Ketika sampai kepada Nabi berita tentang bangsa Persia yang mengangkat anak perempuan Kisra sebagai Ratu mereka, Nabi bersabda: Tidak akan bahagia suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka kepada permpuan. Hadist inilah yang menuai persepsi yang berbeda," ulas Idris, sapaannya.
Secara tekstual urai dia, hadis Nabi ini berbunyi tentang penolakan terhadap kepemimpinan perempuan. Namun, persepsi akan berterima jika tidak memandang konteks yang terjadi di balik hadis itu.
Secara kontekstual, sesuai dengan asbaab al-wuruudnya, hadis Nabi ini muncul ketika negara Persia dilanda pertikaian dan konflik antar elite politik yang luar biasa dan sulit dibendung.
Pada saat itu, muncul seorang pemimpin perempuan yang memang tidak kapabel untuk mengurus dan menjalankan roda pemerintahan.
Artinya, penolakan itu bukan didasarkan pada jenis kelamin, tapi karena ia tidak memiliki kapabilitas dalam memimpin yang bisa jadi juga dimiliki kaum laki-laki.
Jadi hadis ini memberikan penjelasan tentang kerajaan Persia yang mengalami kekacauan dalam berbagai bidang seperti halnya yang menjadi hipotesa Nabi.
Raja persia dibunuh anaknya sendiri. Kerajaan kemudian diganti kepada anak perempuannya (Buwaran), yang kemudian membawa kehancuran kerajaan Persia.
Karena memang tidak memiliki kualifikasi seorang pemimpin yang adil, bijaksana, visioner, dan karakteristis kepemimpinan lainnya, melainkan hanya kepentingan ingin berkuasa.