Kondisi dermaga di Balang Tonjong juga sudah berubah. Beberapa papan dermaga sudah rapuh. Terlihat kumuh. "Beda sekali suasanya dengan dahulu," ucap dia.
Pemkot juga sudah tak pernah menyentuh kawasan ini selama bertahun-tahun. Belum lagi sengketa lahan seluas 27 hektare ini tidak beres-beres. Pemkot kewalahan membenahi danau alami Kota Makassar ini.
Pakar Tata Kota Universitas Hasanuddin (Unhas), Rita Lopa mengatakan, 50 tahun ke depan, saluran drainase yang ada saat ini tidak relevan lagi. Bisa kelebihan muatan. Konektivitas saluran sekunder ke primer pun butuh perencanaan baru.
Makanya, kata dia, pemerintah mesti bisa memetakan kawasan yang saat ini belum terbanguni. Jangan asal-asalan. Utamanya, pada daerah yang dahulu merupakan rawa. Itu tempat penyimpanan air yang tak boleh diganggu.
Kawasan Danau Balang Tonjong dinilainya cukup efektif jika dimaksimalkan. Rita mengatakan, tempat ini adalah sumur resapan Kota Makassar. Namun cenderung tidak dilirik secara serius.
Di sinilah diperlukan master plan. Daerah mana saja yang bisa ditimbun. Lalu mana yang perlu dijaga. Kata dia, pemerintah harus bisa menyelamatkan Makassar dari banjir.
"Sebenarnya itu melanggar karena kita merebut daerah resapan yang mestinya bisa dimanfaatkan," ungkap Rita.
Untuk perencanaan jangka panjang, memang perlu kajian yang matang. Namun, ini penting dirancang mulai dari sekarang. Balang Tonjong harusnya bisa dimaksimalkan. "Investasi ke saluran-saluran itu mesti diperkuat mempertimbangkan potensi pembangunan 50 tahun bahkan 100 tahun ke depan," sambungnya.