Ia mengatakan bahwa pembangunan Sabo Dam di hulu adalah salah satu solusi bagaimana menghadirkan penanganan banjir yang terpadu dan terintegrasi.
“Tahun kemarin Tim Sabo kita sudah turun, tahun ini kita mulai kaji dan desain, selanjutnya pada 2022 dilakukan pembangunan Sabo Dam di hulu, sehingga nantinya akan terintegrasi antara penanganan banjir di hulu sampai ke muaranya atau hilir. Sekarang ini masih kita desain seperti apa model detail atau model tes-nya,” jelas dia.
“Kenapa harus ada model tes, karena bangunannya kan besar. Kalau ini fix, insya Allah tahun depan kita sudah usulkan, termasuk penanganan konstruksinya,” sambungnya.
Dijelaskan Adenan, penanganan terintegrasi hulu ke hilir menjadi penting dilakukan guna menghadirkan penanganan yang betul-betul dapat menghadirkan kenyaman.
“Di hulu, suplai sedimennya tinggi, banyak longsoran, kalau ini kita sudah kendalikan, insya Allah kenyamanan masyarakat bisa terjaga,” imbuhnya.
“Karena sedimen di hulu tinggi, maka butuh bangunan pengendali guna mengontrol sedimen ke hilir. Sedimen ini yang akan ditangkap oleh bangunan sabo dam nantinya,” ujar dia menambahkan.
Masih sebut dia, ukuran bangunan sabo dam akan lebih besar, karena dipersiapkan untuk menampung tangkapan sedimen, sehingga tertahan dan tidak mengalir ke wilayah hilir.
“Konstruksinya nanti itu akan ada air yang lewat, tapi material-material besar seperti batu, tanah dan material lainnya, akan tertahan. Tahun ini kita desain, insya Allah tahun depan kita usulkan untuk kita memulai pembangunan konstruksinya,” pungkasnya. (rls)