FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Hampir 50 persen area di Kota Makassar adalah wilayah basah atau resapan. Terutama di Perumnas Antang di Blok 8 dan 10 serta di Kodam III.
Wilayah tersebut sejatinya menjadi tempat titik berkumpulnya air. Lalu air yang menggenangi terserap dan mengalir ke wilayah sungai di sekitranya. Sehingga tak heran jika intensitas hujan melebihi normal, maka dua wilayah ini mesti tergenang banjir.
Anggota DPRD Kota Makassar, Mario David menyarankan, kepada Pemerintah kota memasukkan mitigasi bencana dalam rencana tata ruang kota Makassar.
Hematnya kata dia, solusi jangka pendek pencegahan banjir adalah melakukan pengerukan kanal dan drainase untuk menampung air hujan sehingga tidak serta merta meluap ke permukiman warga.
Oleh karena itu, langkah kongkret yang wajib dilakukan adalah memastikan saluran drainase tertata dan terhubung dengan saluran sekunder.
"Setelah kanal dan drainase dikeruk, lalu dilakukan konektivitas seluruh drainase sehingga saluran air tidak mandek dan membanjiri pemukiman," usul Mario David saat dihubungi fajar.co.id, Sabtu (13/3/2021).
Di samping itu, sungai yang jadi penghubung juga jangan diabaikan. Sebab, meskipun drainase sudah dibenahi, tetapi koneksi ke saluran besar tersumbat maka hal itu tak akan bisa mengurai persoalan.
Selanjutnya kata politisi Nasdem itu, pemerintah juga diharapkan duduk bersama dengan Balai Besar Sungai Pompengan untuk membuat tanggul dan pintu air di Sungai Biring Jenne dan Sungai Jeneberang.
"Pemerintah harus duduk bersama dengan balai-balai tersebut mencari solusi jangka menengah agar Makassar bisa terbebas dari banjir," kunci Mario.