Dalam suasana Halal Bihalal, kita temukan beberapa ungkapan yang berisi doa, seperti Minal Aidin wal-Faidzin atau Taqabbalallahu minna waminkum… dan di Mesir, misalnya juga orang Islam memiliki ungkapan yang beda. Tapi sekali lagi, isinya sama, ungkapan saling mendoakan. Saya kira itu hal yang dibolehkan dalam Islam karena yang utama adalah motivasi dan spirit atau niat, kata Alwi Shihab.
Dalam sejarah perjalanan Islam, kita mengenal dua kubu, ulama tekstual seperti Ibnu Taimiyah yang menyaksikan era perang dengan non-Muslim atau Perang Salib dan kubu ulama moderat seperti Syekh Muhammad Abduh dan Jalaluddin al-Afghani. Kedua tokoh terakhir ini, membolehkan umat Islam untuk menyontoh perilaku orang-orang modern (Barat) seperti memakai jas dan dasi, karena itu tidak serta merta merusak akidah. Perbedaan sikap kedua kubu Ulama ini sampai ke negara kita, dulu ada Ulama kita yang tidak membolehkan memakai jas, tapi hari ini, tidak ada lagi, lanjut Alwi Shihab.
Jika kelihatan perbedaan Ulama kita dalam menyikapi masalah-masalah yang timbul di tengah umat itu hal biasa, tergantung pada era dan wawasannya. Kini, Ulama di Mesir sudah banyak kemajuan dan moderat. Dulu Syekh Al-Azhar mengucapkan Selamat Natal kepada tokoh-tokoh non-Muslim di Mesir. Ada adagium yang bagus dibaca dan dipegang adalah "makin banyak bacaan dan semakin luas ilmu seseorang semakin moderat dan makin terbuka sikap toleransinya".
Sebaliknya, "semakin kurang pembacaan seseorang, makin sempit wawasan dan makin tertutup sikap toleransinya". Karena itu, mari kita semarakkan hidup toleransi dengan umat lain, perbanyak persamaan atau titik temu, dan kurangi titik perbedaan, dan terima kasih atas kesempatan yang berbahagia hari ini, tutup Alwi Shihab.