Jika saja partai berkuasa di Israel bukan Likud --tapi partai lain yang moderat seperti Yesh Atid yang properdamaian dan Partai Ram yang pro-Islam--, niscaya eksistensi Palestina sebagai negara dan bangsa akan mudah diakomodasi Israel.
Betul, sekarang tampaknya masih sulit mencegah Likud berkuasa di Israel. Tapi waktu akan berjalan dan pergantian dinamika politik di Israel pasti terjadi. Cepat atau lambat.
Di pihak lain, Amerika sebagai pendukung utama Israel, cepat atau lambat akan berubah kecenderungan politik luar negerinya yang selalu membela Israel. Benar apa kata hastag di Sosmed --pendukung Palestina bukan hanya orang Islam, tapi juga orang rasional dan pendukung hak asasi manusia. Lengkap!
Dari perspektif inilah slogan Palestinian Lives Matter --gagasan politisi Demokrat AS berdarah Yahudi tersebut di atas, perlu kita gaungkan. Persoalan HAM dan politik yang berwawasan ke depan perlu kita tonjolkan dalam membantu rakyat Palestina untuk memperoleh kemerdekaannya.
Bantuan materi untuk korban Palestina dalam perang 11 hari memang penting. Kekuatan diplomasi yang bisa membuat Amerika mengurangi dukungan buta terhadap Israel juga penting. Begitu pula, memperbesar komposisi partai politik yang properdamaian dan kemerdekaan Palestina di Knesset (parlemen Israel) oke penting.
Jika ketiganya bersinergi --ditambah dukungan internasional yang kuat--, niscaya peluang perdamaian dan kemerdekaan Palestina akan makin besar.
Kita percaya apa yang dikatakan intelektual Iran, Ali Syariati --bahwa cepat atau lambat Palestina akan merdeka dan berdaulat. Cepat atau lambatnya tentu harus didukung diplomasi yang handal. Bukan peperangan yang brutal.