Informan KPI dari Universitas Hasanuddin, Muliadi Mau, menilai kualitas berita yang ditayangkan televisi tidak jarang menampilkan hal-hal yang tidak seharusnya ditampilkan. Sisi humanis dan unsur kehati-hatiannya masih kerap terabaikan.
Beberapa kasus penayangan informasi masih memperlihatkan wajah atau bagian tubuh korban kekerasan tanpa diblur. Bahkan, terkadang masih diikuti dengan suara-suara tertentu yang harusnya tidak terdengar.
"Ini kan harusnya tidak ditayangkan. Kalaupun ditayangkan, harusnya diblur atau suara-suara yang mengganggu itu ditutup, dimatikan," jelas Muliadi.
Selain itu, Muliadi juga menegaskan pentingnya unsur kebenaran dalam menyampaikan informasi. Ia juga membedakan antara unsur benar (truth) dan faktual. Hal itu dianggap vital untuk dioahami sebelum menyajikan berita.
"Unsur truth itu yangbpenting ada narasumbernya. Mau itu orang yang berwenang, saksi, atau bahkan sekadar caplok dari media sosial. Itu memenuhi unsur truth," jelasnya.
Akan tetapi, hal yang paling penting dari semua itu adalah unsur faktual. Hal inilah yang harus dipastikan, apakah informasi yang disampaikan narasumber benar adanya atau hanya informasi yang mengambang.
"Inilah pentingnya verifikasi. Supaya kita tau secara tuntas informasi yang akan kita sajikan. Masyarakat juga dapat edukasi yang baik, tidak salah tangkap," jelasnya.
Informan KPI lainnya, Citra Rosalyn Anwar, menyoroti sejumlah program variety show. Menurutnya, unsur nyeleneh justru banyak lahir dari program ini, baik itu yang mengandung body shamming, bully, maupun hal-hal yang dianggap kurang santun.