Itulah bantuan satu-satunya yang anaknya dapatkan. Susu, vitamin, dan makanan tambahan lainnya. Jumlahnya sangat terbatas. Tak pernah ada wakil rakyat datang menemuinya, meski ia berharap begitu.
“Harapan saya juga itu, ada tong wakil-wakil rakyat yang perhatikan ki bagaimana bisanya ini ke depan penyakitnya anakku supaya tidak gangguan gizi terus mi kodong. Ka saya masyarakat asli Makassar tongji,” katanya dengan logat khas Makassar.
Harapan besarnya itu memang terus diutarakan, sebab tidak hanya SP dalam keluarganya yang mengalami masalah gizi. Anak bungsunya, MA yang berusia satu tahun juga mengalami gangguan. Dia termasuk gizi kurang karena berat badan hanya 7 kg dengan tinggi 48cm.
Di Kelurahan Banta-bantaeng saat ini menang menjadi percontohan untuk penanganan stunting dan gizi kurang di Makassar. Total anak yang diintervensi sebanyak 114 orang.
Kader Posyandu Wilayah VI RW 4 Kelurahan Banta-bantaeng Nur Zamzam Hasan menyampaikan, hingga saat ini intervensi gizi itu hanya murni semua dari program pemerintah. “Itu dari Dinas Kesehatan dan Puskesmas Kassi-kassi,” bebernya.
Untuk perhatian dari pihak lain seperti wakil rakyat tidak ada. Padahal mereka yang diharap lebih menyuarakan kondisi masyarakat. Saat ini untuk intevensi gangguan gizi dan stunting itu masif dilakukan di Kelurahan Banta-Bantaeng. “Karena pengaruh lingkungan dan ekonomi masyarakat,” katanya.
“Untuk di wilayah kami yang terganggu gizinya dan masuk yang berat karena penyakit penyerta ada beberapa,” bebernya.
Gangguan gizi karena penyakit penyerta itu juga dialami HZ. Anak usia 3 tahun itu tingginya hanya 83 cm dan berat badan 11 kg. Sama seperti SP, HZ pun belum bisa berdiri lantaran gizi buruk.