FAJAR.CO.ID, MAKASSAR – Gagasan memperkuat kajian sosiologis dan pendidikan yang berwawasan Nusantara mencuat dalam kegiatan Workhsop Metodologi Penelitian Sosial. Kegiatan ini digagas Program Studi (Prodi) Pendidikan Sosiologi Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar. Acara ini digelar secara daring melalui aplikasi Zoom Meeting, Sabtu (19/6/2021).
Kegiatan ilmiah ini menghadirkan Assoc Profesor Mohammad Reevany Bustami PhD, peneliti dari Centre for Policy Research and International Studies (CenPRIS) Universitas Sains Malaysia (USM). Pemateri lainnya yakni Kaharuddin PhD, Sekretaris Prodi Pendidikan Sosiologi Unismuh Makassar.
Dalam pengantar materinya, Reevany menyatakan bahwa dahulu Nusantara itu satu bangsa, namun berpisah setelah kehadiran penjajah. Nusantara, kata Reevany, terbentang dari Semenanjung Malaya hingga ke pulau-pulau besar seperti Kalimantan, Sumatera, Jawa, dan pulau-pulau di sekitarnya.
"Kita sudah satu sejak dulu. Bukan hanya satu rumpun, tapi satu darah," ujar Reevany.
Persatuan ini hancur, kata Reevany, sejak kolonialisasi sampai di Nusantara. Kolonialisme memberi dampak pelemahan hingga penghilangan teritori, solidaritas, sejarah, dan identitas.
Untuk itu perlu diupayakan dekolonialisasi, pembebasan, dan independensi. "Dekolonisasi masyarakat kita, dan klaim kembali diri kita," tutur Mohammad.
Gagasan itu, disambut Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unismuh Makassar Erwin Akib PhD, yang turut hadir memberikan pengantar dalam acara itu, sekaligus menjadi peserta hingga acara selesai. Menurutnya, salah satu bentuk peneguhan identitas Nusantara tersebut dengan penguatan riset seputar isu-isu kenusantaraan.