“Dengan situasi pandemi Covid 19 ini lumayan berimbas sih dengan kegiatan-kegiatan PKK Bantaeng di awal-awal pandemi kemarin. Tapi bukan berarti bahwa saya vakum sama sekali. Justru di awal pandemi saya selaku ketua TP PKK dan juga Ketua Dekranasda Bantaeng menggerakkan pengrajin yang tergabung dalam Dekranasda Bantaeng untuk memberikan kontribusi dengan menjahit masker berbahan dasar kain,” ungkapnya.
Berbekal modal awal yang dikeluarkan secara pribadi, kata Sri, maka lima anggota dekranasda mulai menjahit masker berbahan dasar kain. “Dan Alhamdulillah bapak bupati Bantaeng merespon dengan cepat sehingga memerintahkan kepada dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian untuk menjadikan posko Covid sebagai tempat menjahit masker dan APD guna mengantisipaai kekurangan masker dan APD pada saat itu,” sambung Ketua Forum Kesehatan Bantaeng ini.
Bahkan pembuatan masker berbahan dasar kain dan APD itu secara tak langsung menggerakkan roda perekonomian, para penjahit di tengah situasi pandemi. Bagaimana tidak, beberapa perempuan yang menggantungkan hidup dari menjahit akhirnya bisa mendapatkan orderan masker dan hazmat.
Aktif sebagai Ketua TP PKK, Ketua Dekranasda dan Ketua Forum Kesehatan Bantaeng, tidak berarti menjadikan seorang Sri Dewi Yanti abai pada tanggungjawabnya sebagai seorang ibu. Ia bercerita soal tantangan yang dilaluinya sebagai seorang perempuan yang harus mengurus anak, meski sesibuk apapun dirinya.
Sri pun tetap mendampingi sang suami sebagai Bupati Bantaeng dan menjadi kawan diskusi bagi Ilham Azikin. “Berbagai kesibukan pasti menyita perhatian dan waktu. Namun sejauh ini, anak-anak bisa memahami dan mengerti,” ujar Bunda PAUD Bantaeng ini.