Berikutnya, Rachmat Almu Arrif menyampaikan topik “Etika dan Aturan Transaksi Digital”. Dia mengatakan, ada hal-hal yang sebaiknya tidak dilakukan saat berbisnis daring, di antaranya lambat merespon pertanyaan atau komentar pelanggan. “Kalau dapat komentar negatif jangan baper karena feedback dari pelanggan itu informasi yang membuat kita lebih baik,” katanya.
Sebagai pemateri ketiga, Andi Senja Marlia membawakan tema “Digital Culture: Transaksi Digital”. Dia mengatakan, transaksi digital kian digemari salah satunya karena konsumen beranggapan bahwa pembayaran non-tunai adalah hal baru yang mengikuti perkembangan zaman. “Masyarakat memilih transaksi yang lebih praktis dan efisien, apalagi untuk pekerja dan pebisnis yang tidak punya banyak waktu luang,” tuturnya.
Adapun sebagai pemateri terakhir, Bagus Wawan Setiawan menyampaikan tema “Literasi Digital”. Dia menyatakan, berinteraksi digital tidak sepenuhnya aman. Data berbicara, pada Januari-Agustus 2020 saja ada lebih dari 189 juta serangan siber. “Pencurian data makin marak. Contoh ketika gawai kita rusak lalu diperbaiki di sembarang tempat, itu bisa jadi sumber awal data-data kita dicuri,” ungkapnya.
Setelah pemaparan materi oleh semua narasumber, kegiatan tersebut dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dipandu moderator. Terlihat antusiame dari para peserta yang mengirimkan banyak pertanyaan kepada para narasumber. Panitia memberikan uang elektronik senilai Rp100.000 bagi 10 penanya terpilih.
Program Literasi Digital mendapat apresiasi dan dukungan dari banyak pihak karena menyajikan konten dan informasi yang baru, unik, dan mengedukasi para peserta. Kegiatan ini disambut positif oleh masyarakat Sulawesi. “Bagaimana cara mengetahui marketplace yang aman atau jujur?” tanya Sulastia, peserta kegiatan literasi digital. Achmad Yaki menyarankan konsumen untuk rajin membaca feedback dan review, baik tentang toko daringnya, produknya, maupun komentar dari para pembeli sebelumnya.