Bahkan, pihak pemerintah kecamatan dan desa, bersama unsur Forkopimcam dan para Relawan COVID-19, terus melakukan pemantauan terhadap tamu yang masuk di Posko PPKM. “Kasus positif pertama di sini adalah kasus dari luar yang masuk di wilayah kami, sehingga kami perketat dengan mewajibkan tamu yang masuk membawa surat keterangan negatif COVID-19 hasil swab antigen dan memperlihatkan kartu vaksin,” terangnya.
Saat ini, ungkap dia, Kecamatan Sabbang masuk zona oranye, dan Desa Pararra zona kuning. Untuk menekan penyebaran COVID-19, pihaknya terus mengimbau agar program vaksinasi di Sabbang menjadi penting dan mendesak. “Warga desa sangat antusias menerima vaksin. Padahal awalnya banyak yang menolak. Setelah diedukasi, barulah banyak yang mau divaksin. Bahkan masih banyak yang mau, tapi vaksin sudah habis,” beber Yuyu.
Yang menarik, pemerintah desa menyiapkan satu rumah isolasi mandiri yang dipersiapkan bagi tamu yang masuk ke desa guna mengantisipasi terjadinya kasus konfirmasi positif COVID-19 yang datang dari luar. “Kami menyiapkan satu rumah isolasi mandiri. Belum ditempati, karena khusus diperuntukkan bagi pendatang dulu,” terang dia.
Yuyu mengungkapkan, khusus di Desa Pararra, pasca-Pilkades yang lalu, tidak ada satu pun kasus konfirmasi positif COVID-19 yang sempat dikhawatirkan menciptakan klaster Pilkades. “Pasca-Pilkades, alhamdulillah, tidak ada kasus konfirmasi positif, karena penanganan COVID-19 pada pelaksanaan Pilkades kemarin kami perketat. Kami manfaatkan 8% dari jumlah dana desa untuk penanganan COVID-19, seperti hand sanitizer, masker, pembuatan Posko, pengadaan tempat cuci tangan, pembuatan spanduk, poster, dan ex-bannner. Semua dilakukan untuk mencegah klaster Pilkades,” pungkasnya. (LH)