FAJAR.CO.ID, PINRANG--- Bumi Lasinrang dikenal sebagai lumbung beras. Sayangnya, selalu ada polemik terkait arus keluar masuk beras di Bulog yang pada akhirnya juga membuat harga gabah di petani turut anjlok.
DPRD Pinrang mengadakan Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan mengundang Bulog Pinrang, Dinas Ketahanan Pangan, dan Dinas Pertanian dan Holtikutura.
Dalam RDP tersebut, anggota DPRD Kabupaten Pinrang, Andi Pallawagau Kerrang sempat menyatakan kecurigaan terkait adanya mafia beras yang selama ini bermain di Bulog Pinrang.
Landasannya, RDP terkait persoalan penumpukan beras di gudang Perum Bulog telah dilakukan dua kali namun hingga saat ini belum ada solusi. Bahkan ia menilai pihak Bulog sengaja tidak dilakukan mobilisasi nasional (Mobnas) beras yang ada di gudang tersebut.
Ia menambahkan jumlah beras yang tertampung di Bulog Pinrang sebanyak 35 ribu ton sejak Mei 2021 hingga saat ini belum didistribusikan ke luar daerah. Artinya jika dalam waktu dekat ini beras tersebut tidak didistribusikan, akan berdampak pada harga pembelian gabah petani.
"Dalam waktu dekat ini petani Pinrang akan melakukan panen raya pada bulan Oktober-November. Sementara hampir setiap minggu Mobnas beras di Lapadde, Parepare keluar terus kenapa Pinrang tidak?," sebutnya dengan nada kesal.
"Kalau begitu kejadiannya kami menduga ada permainan terhadap harga beras. Dan kami menduga ada oknum Bulog yang menjadi mafia beras," sambungnya.
Hal senada yang disampaikan oleh Anggota DPRD Pinrang, Andi Muliadi. Ia menilai ada mafia beras terhadap Bulog Pinrang. Pasalnya 35 ribu ton beras di gudang Bulog sampai saat ini belum ada yang keluar daerah.