Ketua Umum Pokdarwis Kampong Lappara, Supardi mengatakan, permainan tradisional ini dikenalkan agar para milenial tidak tergerus dengan efek negatif dari kemajuan teknologi.
Panitia juga menggelar Coffee Talk dengan menghadirkan tiga orang barista dari Kota Makassar. Ketiga barista tersebut sekaligus juga pemilik dari kedai Manakopi, Kopilicius, dan Gerobak Kopi Toraja.
Dalam talkshow ini, para pembicara membincang, potensi kopi dari Kampong Lappara, yaitu kopi arabika, kopi robusta dan juga kopi liberika, yang saat ini dikenal sebagai Kopi Kampong Lappara dan mulai dikenal di Indonesia.
Pengunjung yang datang, juga disuguhi diskusi budaya yang dibawakan oleh penyair besar dari Sinjai, Abidin Wakur, sekaligus sebagai founder Komunitas Tobonga. Komunitas Tobonga hadir, dengan teater, sebagai sajian utama pada Festival Kampong Lappara II, selain pembacaan puisi, tari, musik akustik dan musik tradisional gambus, dari pelaku seni Sanggar Kasetangngang di Kampong Lappara.
Musik gambus ini dihadirkan guna mengenalkan seni traditional kepada kaum muda, dan juga sebagai upaya untuk terus melestarikan kesenian musik gambus di Kampong Lappara.
“Kami berharap, kegiatan Festival Kampong Lappara II ini, dapat memberikan manfaat kepada masyarakat, sekaligus sebagai media hiburan. Kampung ini, ada di tepi hutan, jauh dari keramaian. Dengan kegiatan ini, semoga akan ada kreativitas untuk mengangkat potensi-potensi lokal untuk memberi manfaat yang lebih luas lagi. Terima kasih kepada sponsor utama Riran Glow Skincare, pemerintah Desa Kompang Sinjai Tengah, dan juga semua pihak yang turut membantu kesuksesan acara ini. Juga kepada team, kalian luar biasa," tutup ketua panitia Festival Kampong Lappara II. (*)