Selama tiga bulan tanpa listrik, ia mengaku kesulitan menjalani aktivitas. Khususnya, bagi anak-anak yang bersekolah secara daring.
"Itu kan anak-anak harus pakai handphone tapi tidak tahu dimana harus mengisi dayanya. Ada tenaga surya tapi tidak cukup," keluh Rusli.
"Salah satu dampak yang di timbulkan juga adalah penjual-penjual kue yang dimana aktifitasnya di mulai dari jam 4 subuh kini tak lagi melakukan katifitas itu dikarnakan listriknya padam," tambahnya.
Berawal dari kerusakan genset yang merupakan sumber listrik di Pulau Barrang Caddi, Rusli dan sejumlah pemuda mengaku sudah melakukan pertemuan ke pihak kecamatan Kepulauan Sangkarrang. Hanya saja, belum ada respon.
"Satu bulan yang lalu itu kita audiensi ke pak camat. Kita kasih target satu bulan juga karena dia bahasakan ke kami biarlah kami dulu turun tangan mengatasi masalah ini," ujarnya.
"Karena pentingnya listrik bagi keberlangsunan hidup, maka besar harapan warga Pulau Barrang Caddi agar PLN masuk ke pulau," tutupnya. (selfi/fajar)