FAJAR.CO.ID, LONDON -- Berusaha bertahan, mengundurkan diri, atau didepak. Itu adalah pilihan bagi Perdana Menteri (PM) Boris Johnson setelah skandal pesta di tengah lockdown yang membelitnya. Media Inggris menyebutnya sebagai partygate. Rabu (26/1) politikus 57 tahun itu harus menjawab berbagai pertanyaan tentang masalah tersebut di House of Commons alias majelis rendah.
”Orang-orang Partai Konservatif telah melakukan kerusakan besar pada kepercayaan publik,” tegas Ketua Partai Buruh Inggris Sir Keir Starmer seperti dikutip Evening Standard.
Kepolisian Metropolitan (Met) London kini tengah menyelidiki skandal itu. Johnson menjadi PM kedua yang ditanyai oleh polisi ketika masih menjabat. Sebelumnya, ada mantan PM Tony Blair yang terkena skandal donasi politik.
Berbagai tokoh memberikan sumbangan untuk mendapatkan gelar bangsawan. ”Kita sedang menyaksikan tontonan memalukan di mana PM Inggris menjadi sasaran penyelidikan polisi,” tegas Starmer.
Saat ini penyelidikan yang dilakukan Pejabat Senior Kantor Kabinet Sue Gray terkait partygate sudah tuntas. Johnson berjanji merilis sepenuhnya laporan tersebut kepada publik. Paling lambat laporan itu dibuka Kamis (27/1). Starmer menegaskan kepada Johnson untuk menepati janjinya dan tidak memotong hasil laporan Gray tersebut.
Johnson menegaskan bahwa dirinya bakal merilis laporan tersebut segera setelah mendapatkannya. Menurut dia, saat ini para menterinya tengah sibuk dengan pekerjaan masing-masing, tidak hanya berfokus pada skandal tersebut. Salah satunya terkait dengan memanasnya hubungan Rusia-Ukraina dan rencana menjatuhkan sanksi ke Moskow.