"Begitu dia sudah mapan di Kontraktor, dia tinggalkan kontraktor itu, cari pengusaha lain yang pada akhirnya tumbuh lagi kontraktor-kontraktor baru, nah ini baru bisa hidup daerah, tapi kalau tidak akan terjadi seperti saat ini, yang hidup adalah orang-orang besar, dan orang yang kecil akan seperti apa adanya,"ujarnya.
Kata Ketua Perhimpunan Insinyur Indonesia (PII) Sultra ini, bahwa jumlah proyek yang masuk di Sultra sangat banyak, bahkan sudah triliunan peruntukan anggaran di Sultra, kita banyak contohlah disini seperti Bendungan Ladongi baru selesai, kemudian sekarang lagi dibangun Bendungan Ameroro dengan nilai 1,6 Triliun disitu, kemudian di tahun 2023 ada pembangunan Bendungan Pelosika sekitar kurang lebih 5 Triliun disitu, itu baru bendungan.
"Belum kita bicara Bandara, Belum kita bicara Pelabuhan Fery, belum kita bicara pelabuhan laut, belum kita bicara Jalanan, Jembatan, Irigasi, kemudian belum kita bicara perumahan dan cipta karya yang lainnya, jadi begitu banyak disini, kalau mau tahu jumlah pastinya, itu ada di Balai,"tandasnya.
Ditempat yang sama, Ketua BPD Gapensi Sultra, Hasdar juga mengharapkan adanya perubahan regulasi dalam pelibatan pengusaha lokal dalam proyek-proyek APBN yang masuk di Sultra, karena menurutnya regulasi yang ada saat ini cenderung menciptakan pengusaha lokal sutra hanya menjadi penonton di daerahnya sendiri.
"Kami sebenarnya masyarakat Sultra, terima kasih kepada senior kami juga di Gapensi Bapak Ir. Ridwan Bae, beliau memang betul-betul memperjuangkan daerah kita, sehingga anggaran-anggaran pemerintah pusat yang biasa kita namakan disini APBN dapat turun di Sultra, dan selama juga di Sultra ada juga mungkin Proyek-proyek itu atau anggaran turun itu tidak sebesar yang sekarang beliau perjuangkan,"ungkapnya.