FAJAR.CO.ID, KIEV -- Penduduk Kherson, Ukraina, turun ke jalan pada Minggu (13/3). Mereka resah. Bukan hanya karena serangan Rusia. Tapi juga karena kabar bahwa Kremlin berencana menggelar referendum kemerdekaan di kota tersebut.
Setelahnya, Rusia akan mendirikan pemerintahan boneka. Massa melakukan aksi di Freedom Square sambil membawa spanduk bertulisan bahwa Kherson adalah Ukraina.
Situasi itu seperti pada 2014 di Donetsk dan Luhansk yang sebagian wilayahnya dikuasai pemberontak pro-Rusia. Mereka menyatakan diri merdeka secara sepihak dan membuat pemerintahan sendiri yang hanya diakui Rusia.
’’Pembentukan Republik Rakyat Kherson akan mengubah wilayah kami menjadi lubang tanpa harapan akan kehidupan dan masa depan,’’ ujar Wakil Dewan Regional Kherson Serhiy Khlan seperti dikutip CNN.
Menurut dia, para pejabat tinggi di kota itu sudah dihubungi Rusia untuk menanyakan kesiapan bekerja sama. Khlan mengaku menolak tawaran itu.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky juga mengklaim Rusia sedang mencoba menciptakan republik semu baru di Ukraina. Tujuannya, menghancurkan negara tersebut. Militer Rusia dilaporkan telah melantik wali kota baru di Kota Melitopol. Itu terjadi setelah wali kota terpilih Ivan Fedorov diculik pada Jumat (11/3) sore.
Di pihak lain, situasi di Ukraina saat ini memang tidak menguntungkan. Satu per satu kota mulai lumpuh setelah dibombardir Rusia. Minggu (13/3), Rusia membombardir pangkalan militer di Yavoriv, Lviv. Setidaknya ada 30 misil milik Rusia yang dijatuhkan ke kota yang hanya berjarak 12 kilometer dari perbatasan Polandia tersebut. Ukraina melaporkan 35 orang tewas dan 134 lainnya luka dalam serangan pagi itu.