FAJAR.CO.ID, BANDUNG - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat Rahmat Syafei akhirnya angkat bicara terkait insiden pembacokan kiai di Kabupaten Indramayu.
Menurutnya, insiden berdarah tersebut mengartikan toleransi di Tanah Pasundan sedang tidak baik-baik saja. “Iya (toleransi di Jabar sedang tidak baik-baik saja),” kata Ketua MUI Jabar Rahmat Syafei dikonfirmasi, Rabu (16/3).
Rahmat menilai, insiden penyerangan terhadap pemuka agama bukan yang pertama di Indonesia. Katanya, ini didasari oleh beberapa faktor yang mesti diteliti musababnya.
“Kasus-kasus itu sering muncul, bukan hanya di Indramayu. Nah, banyak faktor yang membuat hal itu bisa terjadi, perlu diteliti,” ujar Rahmat.
Menurutnya, perbedaan pemahaman seharusnya bisa dibungkus dengan toleransi yang dijaga oleh umat. Sehingga, ketika ada perbedaan pemahaman atau pandangan soal agaman, bisa didiskusikan terlebih dahulu, bukan diakhiri dengan tindakan melangar hukum.
“MUI Jabar sendiri tidak menyenangi sikap seperti itu (intoleran). Tetapi kalau ada faktor-faktor lain bisa turut ditangani pihak kepolisian,” jelasnya.
Sebelumnya, insiden pembacokan Kiai Farid yang merupakan pimpinan organisasi Jam’iyyah Ahlith Tarekat Al Mu’tabarah An Nahdiyyah (Jatman) terjadi pada Selasa (8/3) sekitar pukul 21.30 WIB.
Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Ibrahim Tompo mengatakan, motif pelaku melakukan penyerangan tersebut, karena beda paham soal wirid yang dikumandangkan Kiai Farid.
“Motif pelaku ialah merasa terganggu ada aktivitas zikir di malam hari yang mendatangkan banyak orang. Bahwa tersangka ini memiliki paham yang berbeda, sehingga tidak menyukai zikir tersebut,” kata Ibrahim di Mapolda Jabar, Jalan Soekarno-Hatta, Bandung, Kamis (10/3).