Untuk itu, Ipho berharap agar Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi agar lebih memperbaiki tata penyaluran hingga pengawasan agar solar subsidi bisa tepat sasaran tanpa harus ada terjadi kelangkaan yang berlarut-larut.
"Kasihan juga anggota kami pemilik angkutan mengalami potensi kerugian akibat dampak suplai bbm yang harus antri berhari-hari. Belum lagi dampak kepada pendapatan pengemudi armada tersebut," ujar Ipho.
Untuk kedepannya, dia lantas berpendapat jika BBM Solar hanya satu varian saja sehingga tidak ada lagi pilihan. Itu supaya pengusaha jasa tranportasi dan logistik bisa menghitung penyesuaian harga angkutan akibat variabel biaya BBM secara jelas.
Dengan catatan, lanjut Ipho, ketersediaan BBM harus terjaga dan tidak ada lagi kelangkaan karena adanya pembatasan yang justru menimpulkan gejolak sosial ekonomi.
"Solusinya begitu, satu jenis BBM saja kalau perlu, jadi kami pengusaha juga jelas kalkulasi komponen bahan bakar. Asalkan stok terjamin, tidak ada lagi kelangkaan-kelangkaan, karena alasan mengantisipasi overkuota," tegas dia.
Sementara itu, Senior Supervisor Communication & Relation PT Pertamina Regional Sulawesi, Taufiq Kurniawan berasalan jika kelangkaan solar yang terjadi di Makassar dan sekitarnya merupakan konsekuensi dari turunnya level PPKM Makassar menjadi level 2 yang membuat mobilisasi orang dan barang pun meningkat.
“Tadinya bus-bus kan tidak beroperasi, sekarang sudah beroperasi karena PPKM sudah di level 2,” kata Taufik kepada media.
Kelangkaan tersebut, kata dia, juga dipengaruhi oleh aktivitas industri yang mulai berjalan. “Pergerakan barang juga sangat banyak, meningkat drastis,” sambungnya.