Selain itu, inter gateway antara Batam-Manado dan inter-POP Jakarta-Surabaya akan memuat jaringan terkoneksi secara mulus serta akan menumbuhkembangkan secara pesat dan membuat konektivitas stabil melewai Ibukota Negara Nusantara yang memiliki rute yang berbeda dengan Manado dan Batam gateway.
“Dengan infrastruktur, eyeball dan platform digital yang andal, Telkom optimistis dapat memperkuat konektivitas di wilayah Indo-Pacific dan jadikan Indonesia sebagai digital hub baru di Asia Tenggara,” ujar Bogi.
Sementara untuk data center, TelkomGroup telah membentuk anak usaha NeutraDC agar dapat menjadi pemain terdepan dalam bisnis data center di Indonesia. Ekspansi data center baik domestik maupun internasional akan terus dilakukan TelkomGroup dengan proyeksi dapat memiliki 400 MW kapasitas hingga tahun 2030.
Saat ini, Telkom telah memiliki tiga data center, yakni di Serpong berkapasitas 8,21 MW, Sentul sebesar 5,3 MW, dan Surabaya sebesar 2,52 MW. Telkom juga memiliki data center hyper scale di Cikarang berkapasitas 48 MW, kemudian data center internasional di Singapura sebesar 16 MW, Hong Kong 1 MW, dan Timor Leste 0,5 MW.
“Pesatnya pertumbuhan penetrasi internet di Asia akan mendorong lonjakan permintaan data center. Permintaan data center di Indonesia akan mencapai US$ 7 miliar pada tahun 2026 dengan 18% CAGR sepanjang periode 2021-2026,” jelas Bogi.
Meski memiliki potensi yang besar, tantangan untuk mengembangkan ekosistem digital Indo-Pasifik membutuhkan investasi yang besar dalam membangun jaringan kabel bawah laut dan data center, pemilihan mitra yang tepat, dan menentukan lokasi yang tepat untuk data center baru dan sumber energi ramah lingkungan. “Kolaborasi untuk pertumbuhan dibutuhkan untuk membangun ekosistem digital konektivitas di Indo-Pasifik ini,” kata Bogi Witjaksono.