Oleh: Mulawarman
(Jurnalis, Alumni Unhas)
Kasus bunuh diri di Pinrang menampar wajah kita. Betapa masih banyak masyarakat kita yang hidup di tengah kesulitan ekonomi dan terpaksa mengambil jalan pintas. Boleh jadi masih ada warga kita, yang mengalami nasib sama: kesulitan ekonomi.
Apa yang sebetulnya terjadi dari kasus ini? Apakah murni persoalan Ibu seorang diri dan keluarganya. Ataukah terkait dengan sistem sosial masyarakat ekonomi kita? Mengapa kita cenderung terlambat mengantisipasi kejadian tersebut? Siapa yang paling bertanggung jawab atas kejadian ini? Tulisan penulis ini, mencoba menjelaskan duduk masalahnya.
Bariani dan Representasi Protes Kelas
Pekan lalu masyarakat kita dibuat heboh dengan aksi bunuh diri seorang Ibu rumah tangga di rumahnya di Ancol Barat Lorong 1 Kelurahan Pakkie Kecamatan Tiroang Kabupaten Pirang Sulsel, Senin 19/9/2022.
Sebelumnya, pelaku yang bernama Bariani (37 tahun) membunuh dua anaknya dengan racun pestisida. Dari penuturan polisi bahwa pelaku melakukan aksi nekatnya diduga karena alasan terlilit utang piutang yang tidak mampu dibayar dan menjadi beban. Bariani bisa dikatakan mati karena keputusasaan atau Death Of Despair
Jauh sebelum kasus yang dialami Bariani, di Sulsel juga terjadi kasus yang sama. Bahkan menurut laporan media, sejak 2020 angka bunuh diri relatif meningkat di Sulsel. Menurut kepolisian tertinggi selama pandemi 2020 terjadi di Toraja Utara 16 kasus,14 kasus di Tana Toraja dan beberapa kasus di kabuten lainnya di Sulsel. Penyebabnya beragam, mulai dari masalah ekonomi hingga asmara, tetapi semua bisa dipastikan karena keputuasan mereka menghadapi persoalan death of despair.