Di kawasan timur Bulukumba terdapat banyak kerajaan–kerajaan kecil (Kakaraengang Palili) yang berasal dari Suku Konjo seperti Kakaraengan Tiro, Kakaraengan Hero, Kakaraengan Langnge-langnge, Kakaraengan Kajang, Kakaraengan Ara, Kakaraengan Bira, Kakaraengan Lemo Lemo, Kakaraengan Tanah Beru, Kakaraengan Batang, Kakaraengan Bonta Tangnga,dll.
Karaeng Sajuang Daeng Matasa lahir pada 12 Januari 1902 di Tanaberu dan menjadi Karaeng Tanaberu tahun 1930-1934 (4 tahun).
Pemegang Gaukang To Kambang yang merupakan simbol Kakaraengan Tanah Beru.
Kakaraengan Tanah Beru dipegang lagi oleh rumpun keluarga besar Karaeng Sajuang sejak tahun 1896. Sebelum Karaeng sajuang memerintah Tanah Beru, Tanah Beru diperintah oleh kakek dan bapaknya yakni Karaeng Dg. Ma’rappung (1896-1905), Karaeng Dg. Ma’leo 1905-1921, Karaeng Baso Dg. Mallira (1921-1930).
Karaeng Sajuang Dg Matasa adalah turunan dari karaeng Dg Ma’rappung, Tabara Dg. Mallino dan To Kambang Tanaberu.
Pada tahun 1933 Karaeng sajuang (Vorzitter = Ketua). Karaeng Lemo lemo Karaeng Batang, Karaeng Bonto Tannga mendapat penugasan dari Belanda untuk mengumpulkan Pajak kepada rakyat di Kawasan tersebut.
Karaeng Sajuang yang tidak ingin membebani masyarakat, Bersama masyarakat Tanah Beru menolak perintah tersebut yang mengakibatkan Belanda marah hingga akhirnya masyarakat tanah beru banyak yang ditahan di Penjara Bulukumba yang dikenal sebagai BALLA PAPANG yang dulu masih berlokasi disekitar Kantor Bupati bulukumba saat ini. Balla Papang di Bulukumba adalah symbol perlawanan masyarakat tanahberu dan tiga distrik lainnya kepada Belanda.
Perseteruan antara karaeng sajuang dengan Belanda terus berlangsung karena Karaeng sajuang mendukung perjuangan Partai sarekat Islam yang didirikan oleh H. Omar said Cokro Aminoto ditahun 1929 bahkan menjadi Ketua PSII untuk Indonesia timur di tahun 1933. Kemarahan Belanda terhadap Haji Omar said Cokroaminoto berdampak juga ke anggota PSII lainnya termasuk Karaeng sajuang. Karaeng Sajuangpun diberhentikan karena tidak mau bekerjasama dengan Belanda. Namun saat itu tidak ada orang Tanahberu yang siap menggantikannya. Kondisi seperti ini pernah dialami para raja atau karaeng yang menolak bekerjasama dengan Belanda, bahkan diantara mereka ada dipenjara dan diasingkan. Jadi tidak perlu heran kalau para patriot dijaman Belanda difitnah oleh Belanda dan anteknya. Karaeng sajuang sebagai karaeng yang cerdas selalu sulit untuk dipenjara dan diasingkanoleh Belanda.