“Teman-teman di Pendidikan Seni Rupa telah bertindak unggul, namun mereka belum menyadarinya. Jadi, saya mengajak tim, mulai menuliskan best practice yang telah mereka terapkan,” beber Erwin.
Erwin mengungkapkan, untuk bertindak unggul, Pimpinan prodi memastikan agar pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi dijalankan oleh setiap dosen.
“Semua aktivitas pengajaran, mulai dari daftar hadir, bahan ajar, perangkat pembelajaran, hingga proses monev, harus terekam dengan baik. Mungkin selama ini kita punya banyak inovasi pembelajaran, namun semua itu tidak kita dokumentasikan dengan baik. Padahal itu semua menentukan penilaian dalam proses akreditasi,” lanjut Erwin.
Ia menambahkan, demikian pula pencatatan hasil penelitian dan pengabdian masyarakat. Menurutnya, sudah menjadi kewajiban dosen melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat. Laporannya wajib dilaporkan tiap semester melalui laporan BKD.
“Nah, tugas pimpinan prodi, meminta bukti fisik pelaporan para dosen tersebut. Kalau itu semua dilakukan secara tekun dan disiplin, sebenarnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan dalam menghadapi proses akreditasi,” ungkap Erwin.
Erwin menyebut, pemahaman tentang data yang perlu diinput tersebut sebagai ‘what to write’, atau terkait dengan informasi data yang harus diisikan dalam borang akreditasi.
Selanjutnya, kata Erwin, hal penting yang perlu dipahami bagi prodi yang akan mengikuti akreditasi adalah ‘how to write’.
“Bagaimana informasi tersebut diisikan. Hal itu tidak lepas dari tingkat pemahaman teman-teman terkait dengan kebijakan di tingkat perguruan tinggi. Tentu yang paling utama adalah mengikuti template yang sudah dibuat oleh LAMDIK.