Dalam metode simulasi, guru maupun Peserta Didik dapat aktif dalam Proses Belajar Mengajar (PBM), Peserta Didik lebih mudah dalam memahami materi dan akan lebih bisa menghayati tentang pelajaran yang diberikan. Metode simulasi memberikan gambaran kenyataan kepada Peserta Didik mengenai sebuah nilai. Kesesuaian antara metode simulasi dengan materi akhlak taat menuntut sebuah inovasi baru dalam menerapkan sebuah metode di dalam kelas. Maka penerapan metode simulasi dalam upaya meningkatkan hasil belajar pada materi akhlak akan memberikan harapan yang besar terhadap peningkatan yang signifikan terhadap hasil belajar Peserta Didik.
Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya. Belajar bagaimana cara mengoperasikan sebuah mesin yang mempunyai karakteristik khusus misalnya, Peserta Didik sebelum menggunakan mesin yang sebenarnya akan lebih bagus melalui simulasi terlebih dahulu. Demikian juga untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan terhadap suatu peristiwa, penggunaan simulasi akan sangat bermanfaat.
Dalam konteks ini, anak belajar dari pengalaman yang dimiliki dengan lingkungan belajarnya, dan mengintregasikan apa yang dipelajarinya dengan apa yang sudah ada pada dirinya. Informasi dan pengetahuan yang diperoleh dengan cara demikian akan lebih dapat meresap dan terus mengalir seperti sungai, yaitu menemukan hal-hal baru yang mengkombinasikan dengan yang lama. Belajar aktif itu sendiri mengacu pada belajar yang terjadi pada saat materi yang dipelajari diperagakan anak sebelum diasimilasikan dengan yang lama. Meskipun kegiatan belajar seperti itu memakan banyak waktu, tetapi Peserta Didik mendapatkan perasaan pas karena berpartisipasi dengan aktif dalam proses. Belajar dengan cara simulasi sama seperti belajar dalam kehidupan yang sebenarnya.