Dengan begitu akan menarik perhatian pemerintah dan pihak terkait lainnya sehingga masalah ini cepat ada soslusi dan jalan keluarnya. Kecenderungan warga masyarakat untuk menggunakan media sosial untuk membuat konten lucu
atau kritikan satir untuk merespon persoalan banjir di Makassar dapat dipahami sebagai bagian
dari fenomena budaya populer atau pop culture. Sebuah budaya populer yang diartikan sebagai
keseluruhan aktivitas, ide, produk, dan fenomena yang dihasilkan oleh masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari mereka. Salah satu ciri khas dari budaya populer adalah kemampuannya
untuk terus berkembang dan berubah sesuai dengan perkembangan sosial, ekonomi, dan teknologi.
Dalam konteks ini, media sosial menjadi platform yang memungkinkan masyarakat untuk
mengekspresikan diri mereka dengan lebih bebas dan kreatif. Masyarakat dapat menggunakan
media sosial untuk mengungkapkan perasaan, pendapat, dan ide-ide mereka terkait berbagai
masalah sosial, termasuk musibah “genangan air” yang melanda Makassar.
Maksimalisasi Potensi dan Segala Sumber Daya yang Ada.
Makassar secara geografis terletak di tepi pantai timur Pulau Sulawesi dan memiliki beberapa
sungai besar yang mengalir melalui kota, seperti Sungai Jeneberang dan Sungai Tallo. Dalam
sejarah kita tahu bahwa sejak zaman Belanda pembangunan kanal-kanal besar di kota Makassar
sudah dilakukan, ketika itu mereka membangun infrastruktur kanal dan drainase untuk
memfasilitasi transportasi yang menghubungkan wilayah pedalam dan wilayah perkotaan, serta
sebagai sarana irigasi pertanian pada masa itu. Juga sejumlah kanal dibuat belakangan yang
membelah kota makassar sebagai saluran air untuk menghindari banjir.