FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Menjadi perhatian bersama, seluruh pejabat Polda Sulsel turun tangan langsung ikut mendorong percepatan penurunan stunting pada anak. Mereka menunjuk diri sebagai orang tua asuh.
Terdapat puluhan anak stunting yang diasuh sebagai awal dari dijalankannya program Percepatan Penurunan Stunting dan Pencanangan Orang Tua Asuh Polda Sulsel.
Kapolda Sulsel, Irjen Pol Nana Sudjana mengatakan, masalah anak stunting merupakan salah satu permasalahan gizi yang dihadapi dunia dan menjadi fokus pemerintah Indonesia saat ini.
Dia menuturkan, stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan yang kurang, dalam waktu yang berlangsung lama.
"Stunting bukan hanya urusan tinggi badan, tetapi yang paling berbahaya adalah rendahnya kemampuan anak untuk belajar, keterbelakangan mental, serta munculnya penyakit-penyakit kronis," ujar Nana di Aula Mappaoddang, Polda Sulsel, Jumat (10/3/2023).
Nana menyebut, standar WHO terkait prevalensi stunting harus mencapai kurang dari 20 persen, sementara angka stunting di Indonesia tahun 2021 mencapai 24 persen, kemudian turun menjadi 21,6 persen di tahun 2022.
"Penurunan prevalensi stunting ini terjadi pada masa pandemi, sehingga di masa normal seperti saat ini diharapkan penurunan kasus stunting bisa lebih tajam lagi, sehingga target pemerintah dalam upaya penurunan stunting dapat tercapai," sebutnya.
Lanjut dia, sebagaimana bagian dari strategi pemerintah Indonesia yang menargetkan angka stunting turun hingga 14 persen pada tahun 2024. Makanya agar mencapai tingkat keberhasilan yang baik, diperlukan kolaborasi aktif seluruh pihak terkait.