FAJAR.CO.ID – Bangkrutnya Silicon Valley Bank (SVB) telah menekan saham bank secara global. Para investor tentu khawatir runtuhnya bank yang mendanai startup itu bakal memicu krisis keuangan yang lebih luas.
Meski, pemerintah Amerika Serikat (AS) telah menjamin simpanan para deposan. Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyatakan, kondisi kebangkrutan SVB menjadi pelajaran.
Bahwa kenaikan suku bunga yang terjadi secara serentak di berbagai negara bisa menimbulkan kenaikan risiko perbankan yang cukup serius.
Sehingga perbankan nasional perlu hati-hati menyusun strategi, terutama terkait manajemen risiko. Menurut dia, efek SVB sejauh ini cenderung terkait dengan pendanaan startup.
Karena saat era dana murah atau quantitative easing di AS, banyak perusahaan rintisan yang mendapat suntikan permodalan lewat bank tersebut. Dikhawatirkan masalah yang ada saat ini akan membuat suntikan modal baru ke startup terganggu.
Modal ventura dan investor keuangan kakap di ekosistem startup tengah berhati-hati dan selektif dalam melakukan pendanaan. Terutama startup dengan proyeksi rugi jangka panjang.
Imbasnya, tuntutan pendanaan makin terfokus pada mengejar arus pendapatan stabil dan cashflow dibanding mengejar valuasi. “Kondisi ini akan memperpanjang winter startup.
Efek lainnya adalah efisiensi besar-besaran di startup yang secara langsung dan tidak langsung terkait pendanaan dari SVB Bank dan modal ventura afiliasinya,” kata Bhima kepada Jawa Pos, Selasa (14/3).