Belajar Pantang Menyerah dari Lukman B Kady: Pernah Dagang Asongan, Buruh Bangunan dan Tukang Ojek

  • Bagikan
Lukman B Kady

Lukman mengakui apa yang ia dapatkan saat ini merupakan buah dari didikan para kakaknya.

“Sejak kecil saya diberi pembinaan yang memang sangat keras. Itu yang membentuk saya. Kakak-kakak saya lah yang menjadi guru besar dalam hidup saya,” tegas Lukman.

Meski perih, dalam benaknya telah terpatri sejak kecil bahwa pendidikan yang akan membawanya kelak menjadi orang. Ya, pendidikan adalah prioritas, setinggi mungkin akan ia gapai meski tak punya biaya sekalipun.

Beranjak remaja, ia melakoni beragam pekerjaan untuk menyambung hidup dan tambah-tambah biaya sekolah.

Mulai dari menjadi pedagang asongan, tukang becak, hingga jadi buruh bangunan. Lukman tak pernah gengsi melakukannya. Semata-mata untuk menyambung hidup dan mengisi perutnya yang tak jarang kelaparan.

“Pernah juga di dalam perjalanannya, saya mengecor sebuah bangunan di Makassar. Keluarga tidak ada yang tahu. Pernah juga bawa becak, buruh harian. Yang paling tidak pernah saya lupakan adalah pernah kerja membersihkan got. Itu sekitar 3-4 bulan. Dengan pekerja dari kelurahan,” kisahnya.

“Saya kepingin jadi orang,” tegasnya. Saat menempuh pendidikan sarjana, ia juga masih tetap bekerja agar dapat membiayai hidup.

Meski memiliki perjalanan yang keras, Lukman meyakini satu hal bahwa pendidikan tidak boleh lepas dari dirinya. Itulah yang sampai saat ini ia terapkan di dalam keluarga.

“Saya tidak pernah lepas untuk sekolah. Alhamdulillah saya selesai S1 di Makassar dan selesai S2 di Malang. Dan di Malang saya sempat jadi tukang ojek. Saya tidak pintar, tapi saya tekun. Saya juga sempat kepengin jadi dokter. S1 saya sempat diterima di Arsitektur Unhas. Tapi semester satu saya keluar karena faktor biaya,” jelas Lukman.

  • Bagikan