Pengamat politik dari Universitas Mega Rezki Makassar, Dr Baharuddin Hafid menilai niat Aisyah masuk Komisi X sangat berbanding terbalik dengan niat sebagian besar caleg yang justru mengincar komisi ‘mata air’, merujuk pada mitra kerja DPR yang memiliki anggaran jumbo di kementerian. Biasanya ditandai dengan kementerian yang memiliki proyek-proyek besar dan strategis.
"Komisi yang identik dengan ‘lahan basah’ ini seperti Komisi IV, V, VI, VII, dan komisi XI," bebernya. Menurut Baharuddin, keputusan Aisyah menunjukkan bahwa ia masuk ke senayan benar-benar untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat. Pakar psikologi politik dari Universitas Negeri Makassar, Muhammad Rhesa S.Psi, MA menilai keputusan-keputusan seseorang di masa lalu dapat menjadi proyeksi keputusan-keputusan person tersebut saat diberi jabatan.
Keputusan Aisyah memilih Komisi X tentu tidak lepas dari personal value Aisyah yang berorientasi pada kepentingan masyarakat, bukan kepentingan pribadi dan golongan. Itu bisa diterawang dari track record Aisyah selama ini. Komisi X itu sangat relevan dengan wilayah Luwu Raya yang masih tertinggal dalam segi pendidikan.
"Bila saya diminta memotret Ibu Aisyah, saya bisa mengatakan beliau itu menjulang tinggi tapi mengakar kuat,” beber Rhesa. (nas)