Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Maros, Muhammad Ferdiansyah menjelaskan kalau tahun ini terdapat 55 desa wisata kita yang mengikuti Adwi. Meski hanya satu yang berhasil lolos.
"Kalau tahun lalu ada 53, kali ini ada dua tambahan yakni, desa wisata kebun kopi dan air terjun/sungai. Juga desa wisata air terjun dan ekowisata (river tubing) di Tompobulu," jelasnya.
Ferdi mengatakan kalau ada lima kategori dalam penilaian ADWI ini.
Antaralain, daya tarik pengunjung merupakan potensi utama desa wisata yang memiliki keunikan dan keautentikan. Daya tarik wisata berupa alam dan buatan juga seni dan budaya akan menjadi salah satu faktor penilaian.
Kedua, peningkatan standar kualitas pelayanan homestay serta melestarikan desain arsitektur budaya lokal dan toilet untuk pemenuhan sarana dan prasarana kenyamanan Wisatawan.
Ketiga, Akselerasi percepatan transformasi digital serta menciptakan konten kreatif sebagai sarana promosi desa wisata melalui digital.
Keempat, Menggali potensi kreativitas dan hasil karya desa wisata berupa kuliner, fesyen, dan kerajinan tangan atau kriya berbasis kearifan lokal.
Dan yang kelima, Terbentuknya legalitas berbadan hukum dan pengelolaan desa wisata yang berkelanjutan serta memiliki manajemen risiko dan penerapan CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environment Sustainability) berstandar nasional.
Guna mendukung kelengkapan digital dan kreatif, Pemkab Maros memberikan sarana komputer portable dan mesin cetak. (Rin)