FAJAR.CO.ID, LUWU TIMUR--Forum Masyarkat Petani Lada (FORMAL) Loeha Raya menegaskan jika kehadiran Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sulsel di Loeha Raya tepatnya di area Tanamalia, Luwu Timur, Sulsel hanya memicu konflik ditengah masyarakat.
Tak hanya itu saja, iming-iming yang disampaikan ke masyarakat untuk membantu petani lada, justru mengarah pada upaya memperkeruh suasana dan menghadirkan konflik horizontal.
Dampaknya, masyarakat terpecah belah berujung pada konflik sesama masyarakat Loeha Raya.
Ketua Forum Masyarkat Petani Lada (FORMAL) Loeha Raya, Amri meminta Walhi menghentikan segala aktivitasnya di Loeha Raya Tanamalia dan tidak membuat gaduh dengan memprovokasi masyarakat.
“Kehadiran Walhi kemungkinan besar ilegal, terbukti sampai saat ini baik dari pihak Walhi dan Pemerintah setempat belum pernah menunjukkan legalitas izin yang memperbolehkan mereka masuk di loeha raya dan parahnya lagi membawa orang Asing,” kata Amri.
Amri menegaskan, agar Walhi segera menghentikan bentuk provokasi masyarakat Loeha Raya dan tidak menyalahi apa yang sesungguhnya menjadi esensinya. Tugas advokasi yang dilakukan, justru sebaliknya mengajak masyarakat melakukan perlawanan.
“Harusnya, aparat kepolisian bisa segera turun tangan memantau aktivitas, Jika biasanya ada pihak luar masuk ke area lain wajib memiliki izin sehingga Formal mempertanyakan apakah Walhi memiliki izin dari aparat Luwu Timur khususnya aparat desa di Loeha Raya,” sebutnya.
Sekjen Forum Masyarakat Petani Lada (FORMAL) Loeha Raya, Rustam menyebut saat ini Walhi sudah terlalu jauh masuk pada konsep gerakan masyarakat, ini yang kemudian menjadi potensi besar yang dapat memicu konflik antar sesama masyarakat. Membawa kepentingannya dengan menginginkan adanya posisi dalam gerakan masyarakat.