Sebab disadari bahwa pada saat kampanye itulah sebenarnya tingkat elektabilitas seorang kontestan diuji oleh jumlah massa yang datang. Tetapi massa yang dimaksud tentu saja bukan massa bayaran, bukan pula yang diimingi bagi-bagi sembako dan atau door prize.
Rupanya, kondisi paradoks itu juga dialami pasangan AMIN yang disebut oleh semua Lembaga survei memiliki tingkat elektabilitas hanya 20-an persen. Bedanya, kendati izin kampanyenya kerap dipersulit, namun massa yang datang selalu membludak.
Di dunia persilatan, seorang pendekar yang selalu menggunakan jurus-jurus pamungkas dalam menghadapi setiap lawannya, pertanda kalau ia sebenarnya lemah. Tak percaya? Tanya Kho Ping Hoo. [ym]