Adriansyah menuturkan, PT Vale Indonesia juga memiliki operational center atau control room yang terpusat dan terintegrasi dalam hal standar keselamatan kerja di area pembangkit listrik. Lalu ada pemantauan gempa secara real time, penerapan robotic online monitoring berbasis web untuk pemantauan deformasi permukaan dam Karebbe. “Ke depan, kami dari manajemen juga melihat ini sesuatu yang harus kita pantau secara rutin,” tutur Adriansyah.
Lebih lanjut, Adriansyah juga menyebut soal impelementasi teknologi pada aspek sustainabililty dalam hal dekarbonisasi yaitu dengan membuat peta jalan. PT Vale Indonesia, kata Adriansyah, menargetkan peta jalan zero net carbon emission pada 2050.
“Untuk sampai ke sana (2050) banyak sekali inisiatif- inisiatif yang harus dilakukan yang mungkin teknologinya masih setengah jadi atau seperempat. Jadi target nomor satu yang kami bisa lakukan adalah kita set yang paling feasible di 2030,” tambahnya.
Di kesempatan yang sama, Direktur Teknik atau Kepala Inspektur Tambang Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, Sunindyo Suryo Herdadi menekankan agar ke depan insan pertambangan tetap harus memberikan penguatan terhadap kegiatan operasional di lapangan dengan mengedepankan budaya K3, agar aman dan selamat dalam bekerja sehingga tetap terjaga keberlangsungan usahanya.
“Keberlangsungan usaha inilah yang menjadi poin kita di tahun ini, karena kita melihat bahwa kita sudah banyak melihat contoh akibat mispersepsi dari bagaimana keselamatan itu yang dipandang masih menjadi center cost dibandingkan investasi,” katanya.