Niat silaturahmi dan berdiskusi dengan masyarakat ini juga disampaikan oleh Kepala Desa Loeha, Hamka Tandioga.
Hamka bercerita, manajemen
PT Vale sering mengadakan rapat dengan kepala desa se-Loeha Raya. Permintaan perusahaan cuma satu, yakni difasilitasi untuk berdialog dengan masyarakat. Bahkan tokoh masyarakat yang hadir dalam pertemuan ini juga hasil dari rekomendasi kepala desa.
“Sebagai kepala desa pekerjaan saya adalah pelayan publik. Ketika perusahaan meminta untuk berdialog dengan masyarakat, saya merasa bertanggung jawab untuk membantu. Selaku pimpinan saya tidak membela perusahaan. Tapi, saya mau kita semua berdiskusi satu sama lain dengan baik,” ujar Hamka.
Dalam diskusi yang berlangsung, manajemen PT Vale memaparkan rencana eksplorasi yang dilakukan akan berpusat di area-area yang tidak mengganggu perkebunan lada masyarakat.
“Selama belum ada kesepakatan mengenai bentuk pertanggungjawaban atas tanaman yang terganggu, kami tidak akan lakukan pengeboran di perkebunan lada masyarakat. Kami paham betul ada keresahan kehilangan mata pencaharian, sehingga kami berkomitmen tidak akan mengganggu tanaman masyarakat selama tidak ada kesepakatan.” ucap Endra.
Para peserta diskusi bergantian memberikan pendapat terhadap rencana eksplorasi yang dilakukan. Tidak semuanya sejalan dengan rencana PT Vale.
Seorang wanita bernama Fatma, perwakilan tokoh perempuan dari Desa Loeha turut menyampaikan aspirasinya. Beliau menyampaikan bahwa dengan penghasilan sebagai petani lada saat ini, mereka mampu menyekolahkan anak-anak hingga ke perguruan tinggi. Jika tambang hadir di Loeha Raya, mereka bisa kehilangan mata pencaharian.