Terlebih lagi, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pemuda Indonesia kini menguasai sekitar 62% dari total struktur kependudukan. Kondisi ini membuat mereka menjadi potensi kekuatan utama dalam menggerakkan roda masa depan bangsa.
Namun, dominasi jumlah saja tak cukup. Menurut Dzulfikar, anak-anak muda Indonesia perlu dibekali dengan berbagai kemampuan inti, seperti kesiapan pendidikan yang kuat, pengetahuan yang relevan, keterampilan yang sesuai, serta jejaring yang luas untuk mendukung perkembangan mereka.
Menurutnya, saat ini generasi muda tidak hanya dipandang sebagai konsumen informasi, tetapi juga sebagai produsen. Gen-Z, yang dikenal sebagai 'digital native,' memiliki kreativitas dan inovasi tinggi, serta respons yang cepat terhadap perubahan zaman.
"Kita perlu menaruh kepercayaan penuh pada generasi muda, kepercayaan ini tak berdiri sendiri, mereka tetap membutuhkan pendampingan yang bijak dan dukungan yang konsisten, agar mereka selalu berada di jalur yang benar dan mampu memaksimalkan potensi mereka demi masa depan bangsa," imbuh dia.
Pemerintah sendiri telah melakukan upaya konkret untuk mempersiapkan Gen Z melalui sejumlah program. Salah satu contohnya adalah Kementerian PMI telah bekerja sama dengan negara-negara seperti Korea Selatan, Jepang, dan Jerman dalam skema government to government untuk memberikan pelatihan keterampilan dan bahasa bagi calon pekerja migran.
"Pelatihan ini tidak hanya menyiapkan Gen Z untuk bekerja di luar negeri, tetapi juga memberikan mereka pengalaman global yang berharga," tutur Dzulfikar.